H. Mardi Soemitro selaku Ketua DMI Denpasar menyoroti betapa pentingnya pelaksanaan KTT WWF ke-10 di Bali tersebut.
Pasalnya, forum air tingkat dunia itu mampu mendorong semua pihak menjadi lebih perhatian pada isu kelestarian lingkungan, utamanya pengolahan limbah air, sanitasi dan pesoalan debit air.
Baginya, beberapa isu tersebut memang semakin hari patut menjadi perhatian yang serius.
Pengelolaan kembali air limbah sangat penting agar sumber daya air tidak terbuang secara percuma.
“Kita olah kembali sehingga air ini tidak terbuang sia-sia, sehingga bisa digunakan untuk kegiatan lain, misalnya untuk menyiram kembang atau bunga, tanaman,” ucap Mardi.
Sehingga tentu ajang KTT WWF menjadi forum menyatukan komitmen dari berbagai pihak untuk mendukung upaya dunia dalam menjaga kelestarian lingkungan, utamanya pengelolaan air dan limbahnya.
Ketua DMI tersebut berharap agar ada peran aktif seluruh pihak untuk menjaga bumi secara bersama.
“World Water Forum di Bali ini semoga bisa terselenggara dengan aman, lancar, dan sukses sehingga mencapai tujuan kita bersama,” ucap Mardi Soemitro.
Sementara itu dukungan terhadap pelaksanaan WWF ke -10 di Bali juga datang dari kalangan akademisi yang menganggap bahwa WWF menjadi faktor penting untuk mewujudkan tata kelola air dan lingkungan yang lebih baik bagi dunia.
“Ajang WWF ke – 10 di Bali mampu menggagas berbagai solusi secara konkret mengenai tantangan pengelolaan air, ujar akademisi Universitas Udayana (Unud), Efatha Filomeno Borromeu.
Fokus utama yang penting menjadi pembahasan dalam ajang WWF ke-10 adalah pendekatan ekosentrik manajemen untuk menciptakan sustainable governance. Kebijakan yang terintegrasi mengenai keberlangsungan dapat terjalin melalui gelaran forum ke-10 tersebut. Sehingga, menjadi kunci untuk mengatasi berbagai isu air.
“Fokus WWF harus diarahkan pada isu-isu yang mendesak seperti krisis air bersih dan pencemaran sunber daya air. Sambil memastikan water security, untuk semua pihak,” ucap Efatha.
0 Komentar